Cari Blog Ini

Home » » Ayahku, Idolaku - cerpen bagian 1

Ayahku, Idolaku - cerpen bagian 1

Posted by TAOO Revo on Senin, 20 Oktober 2014


Suatu kisah keluarga  yang hidupnya sederhana sang Ayah bekerja membuka usaha toko kecil dibantu oleh sang istri. Orang tua itu memiliki anak yang beranjak dewasa. Sang anak sebut saja bernama Nabila, dia gadis yang ceria dan memiliki rasa keinginan tahuan yang lebih, dia berumur 11 tahun. Seperti remaja lainnya mengidolakan seseorang. Suatu ketika Nabila sepulang sekolah mampir ke toko. Lalu ngobrol dengan sang ayah.

Nabila: "Ayah…"
Ayah: "Iya ada apa?"
Nabila: "Ayah dulu pernah mengidolakan seseorang, seperti bintang film atau penyanyi?"
Ayah: "Pernah…. Emang kenapa nak?"
Nabila: "Kalau Nabila boleh tahu siapa yah?"
Ayah: "Wah itu sudah dahulu kala, sudah bukan jamannya Ayah lagi. Sekarang ayah mikirin cari duit buat nyekolahin kamu." (Memasang tampang serius)

Nabila: "Uh..Ayah gak gaul." (dengan senyum mengejek)
Ayah: "Tumben anakku yang cantik ini ngobrol masalah idola, emang ada apa?"
Nabila: "Begini yah..mmmh..besok senin malam ada acara temu wicara selebritis  low dan kebetulan salah satu idolaku. Aku gemes dech lihat tampangnya di TV cakep dan cute.
Aku pengen liat langsung klo beruntung bisa minta tanda tangan atau foto bareng." ( wajahnya yang ceria)

Ayah: "Kalau ayah boleh tahu siapa namanya?"
Nabila: "Nando."
Ayah: "Bintang film muda yang lagi naik daun itu?"
Nabila: "Iya."
Ayah: "Oh, itu biasa."
Nabila: "Koq ayah bilang begitu sih, ganteng gitu koq dibilang biasa?"

Ayahnya tidak peduli dan tetap fokus dengan kerjaannya.

Nabila: "Ayah boleh gak nih?"
Ayah: "Apanya?"
Nabila: "Nonton artis?"
Ayah: "Kalau acara dilaksanakan malam hari ayah tidak mengijinkan."

Tampang anak perempuannya berubah menjadi kecewa.

Nabila: "Kan Nabila gak sendirian nonton, ada banyak temen kok."
Ayah: "Ayah tetap tidak mengijinkan, besok selasa kan kamu ujian. Belajar!" (dengan nada serius)
Nabila: "Uuuh! Ayah gak gaul. GAK GAUL!"

Sambil berlalu keluar meninggalkan toko dengan rasa kecewa, marah dan ingin menangis.

Sampai dirumah Nabila langsung mengadu pada Mamanya yang sedang bersih-bersih rumah. Mama melihat tampang anaknya cemberut dari wajahnya dikenal manis berubah menjadi kecut.

Nabila: "Ma, ayah gak gaul! HUH!"
Mama: "Emang ada apa Nabila? Pulang sekolah kok cemberut begitu sih…"
Nabila: "Ayah gak ngijinin aku nonton artis. Huft!" (wajah kecewa)

Mamanya spontan tertawa kecil dan geleng-geleng kepala.

Mama: "Iya mama paham kok klo Nabila mengidolakan Nando. Tapi Nabila tidak boleh ngatai ayah begitu."
Nabila: "Huh..Selain itu ayah bilang idolaku itu biasa... Ayah iri!"
Mama: "Huss! Gak boleh begitu sama ayah. Menurut mama gantengan ayahmu kok."
Nabila: "Ya iya lah, ayah kan cintanya mama. Pastinya dibela dan dilebih-lebihkan." (mengejek dengan menjulurkan lidah)
Mama: "Anaku Nabila ini kok makin lama bikin mama jadi gemes loh liat kamu kayak gitu. Eh, besok selasa kan Nabila ujian malam tidak boleh kelayapan malam-malam loh. Belajar dirumah aja."

Nabila: "UH! Ayah dan mama sama saja!"

Meninggalkan Mama dari tempat duduk dengan kecewa menuju ke kamarnya. Pintu kamar ditutup dengan keras menandakan hatinya sedang tidak senang.

Nabila terbaring tengkurap sambil memeluk boneka kesayangannya. Si Mama langsung menghampiri kamarnya dan mengetuk pintu.

Mama: "Nabila anakku…Nabila tidak boleh begitu dong sama orang tua."

Nabila yang sedih tidak memperdulikan mama.

Mama: "Nabila, mama mau masuk kamar. Aku mau beri penjelasan dan mungkin memberi suatu rahasia."

Sembari mengusapkan air mata, pikir Nabila tidak mau berucap sepatah katapun. Mamanya masuk membuka pintu itu perlahan-lahan lalu mendekati anaknya. Duduk disamping sambil tangannya mengelus rambut Nabila yang berikal.

Mama: "Nabila belum tahu, sebelum ayah dan Mamamu memulai hidup yang baru….Bahwa …."

Pada posisi yang berlawanan, pandangan mata Nabila melirik ke arah suara Mama bertanda menunggu jawaban yang membuatnya penasaran.

Mama: "Bahwa ayahmu orang yang baik dan peduli dengan keluarga. Antara lain termasuk menyayangi dan membesarkanmu."
Mama: "Sebelum memulai hidup baru pasti ada proses. Dan proses itu panjang, bisa dibilang rumit."

Nabila masih terdiam sambil memejamkan mata merasakan belaian sang Mama.

Mama: "Mama ingin memperlihatkan sesuatu pada kamu tapi hilangkan dulu cemberutmu."

Diapun mulai menyahut pembicaraan Mamanya.

Nabila: "Kalo mo bilang, bilang aja Ma."
Mama: "Tidak disini sayang, ikut mama yuk?"

Terdiam dan berpikir sesaat lalu kepalanya berbalik menghadap sang Mama kemudian berucap.

Nabila: "Kemana Ma?"

Mamanya memberi bahasa tubuh dengan geleng kepala ke kiri kemudian tersenyum, seperti bilang “marilah”. Nabila akhirnya menuruti Mamanya. Mama dan anak berjalan menuju ruang komputer tempat kerja ayahnya.

Nabila: "Inikan ruangan kerja ayah, emang ada apa mama ngajak Nabila kesini?"
Mama : "Pokoknya Nabila diam dulu nanti mama jelasin."

Mamanya membuka lemari terkunci itu lalu di buka dalamnya banyak sekali CD/DVD menumpuk. Beberapa kaset DVD diambil yang sekiranya penting untuk dilihat. Lalu menyalakan komputer dan membuka file-file yang berupa DVD  itu. Dari situ ada beberapa file foto dan video.

Mama: "Ini adalah foto ayahmu jaman dulu."
Nabila: "Iiih, dulu ayah ganteng…" (wajah yang cemberut menjadi tersenyum)
Nabila: "…dan culun lagi,hahaha" (dengan tawa canda)
Mama: "Huss….Dan ini teman-teman ayahmu dan bersama para kru."
Nabila: "Dilihat dari foto sepertinya ayah kru televisi ya ma?"
Mama: "Ini ayahmu waktu bikin proyek film mandiri beserta teman-temannya. Mereka bikin film untuk sekedar hobi."
Nabila: "Berarti ayah dulu suka bikin film ya Ma?"
Mama: "Iya sayang. Ini foto mama bersama ayahmu."
Nabila: "Mama begitu muda. Mama dulu menikah muda ya?"
Mama: "Mama dengan ayahmu terpaut 10 tahun. Mama menyelesaikan kuliah baru menikah sama ayahmu."
Nabila: "Oh…."

Heran melihat sosok orang tuanya jaman dulu, kemudian melanjutkan obrolannya.

Nabila: "Ma boleh tanya gak? Setelah proses itu ayah kemana?"

Mamanya membuka arsip foto lainnya berisi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam dunia film. Disampingnya selalu terlihat figur ayahnya dalam satu frame foto bersama. Nabila jadi semakin penasaran dengan sosok ayahnya yang dulu.

Nabila: "Ma! Itu ayah difoto sedang mengarahkan para kru..."

Mamanya berbalik pandangan pada anaknya lalu tersenyum.

Nabila: "Dan bintang cilik itu kayaknya Nabila pernah lihat?"
Mama: "Coba tebak siapa dia?"
Nabila: "Agak mirip dengan Nando.... Nando?"

Mamanya menganggukan kepala. Nabila jadi heran dan tidak menyangka pada diri ayah sebenarnya.

Mama: "Setelah proses dari kecil itulah ayahmu mendapat pekerjaan diluar kota membuat film besar. Ayah dan mama kala itu masih hubungan jarak jauh. Setelah film itu jadi menjadi suatu sorotan publik dan sukses besar. Ayah mengontak mama untuk melamar lalu menikah. Ayah dan mama gembira, sangat bahagia. Suatu ketika pekerjaannya menjadi suatu kendala. Ayahmu terlalu sibuk keluar kota untuk membuat film selanjutnya. Tapi mama tetap sabar dan yakin dengan ayah kerjakan untuk masa depan kita."

Terdiam sesaat kemudian Nabila menyambung obrolannya.

Nabila: "Terus…." (tidak sabar menunggu kelanjutannya)
Mama: "….Pada masa kelahiranmu ayah tidak bisa menunggu mama karena sibuk dengan kerjaannya. Pernikahan sempat goyah. Mama menangis dan berdoa supaya Tuhan memberiku kesabaran yang lebih."

Mimik wajah Nabila yang tadinya penasaran berubah menjadi kesedihan.

Nabila: "Mama…Nabila jadi ikut sedih.hiks"
Mama: "Ceritanya bersambung aja ya. Entar kamu malah nangis..."
Nabila: "Mamaa…Jangan! Lanjut dong." (nada memohon)
Mama: "Aduh, anak mama yang satu ini." (dengan gemasnya)
Mama: "Iya dech. Terus ya… Ayah pulang dengan membawa bunga dan oleh-oleh kesukaan mama. Beliau meminta maaf apa yang terjadi pada masa itu. Kemudian pandangan ayahmu tertuju pada kelucuan bayi kecil yang mama beri nama NABILA. Ayah mengendongmu lalu  berucap : “Nabila anakku akan menjadi anak yang solehah, menurut dan berbakti kepada kedua orang tuanya”. Lalu mengecup keningmu, anakku."

Mata Nabila berkaca-kaca mendengar cerita sang Mama yang mengharukan.

Nabila: "Ayah…hiks. Terus setelah melihat wajah kepolosanku  ayah gimana?"
Mama: "Wow, anakku bisa baca pikiran mama."

Tangan kanannya meraih dagu sang anak dan menengadahkan secara perlahan-perlahan saling bertatapan.

Mama: "Ayahmu berhenti dari pekerjaan dan ingin selalu dekat dengan si kecil Nabila. Beliau yakin dengan modal yang didapat bisa membuka toko. Dan sekarang inilah yang kita lalui dan lakukan memberi makan dan menyekolahkanmu. Allah tidak pernah memberi kekurangan dalam rejeki."

Wajah Nabila yang sedih berubah menjadi gembira.

Mama: "…Dan ayah bilang; untuk yang kedua kalinya tidak akan lepas dari perhatian menungggu setia anak keduanya."
Nabila: "Hah! Berarti mama mau punya adik?"
Mama: "Iya."
Nabila: "Aduh mama, Nabila seneng banget punya adik."

Kemudian Nabila memeluk sang Mama penuh dengan kasih sayang.

Nabila: "Oh iya mama! Berarti ayah punya karya seni film dong…Nabila boleh lihat?"
Mama: "Boleh-boleh asal mandi dulu, makan lalu sholat dulu ya sayang…pokoknya jangan lupa sholat."

Nabila terlihat gembira dan senang bergegas keluar ruangan kemudian menuju kamar mandi. Seperti terburu akan sesuatu. Mamanya tersenyum bahagia melihat anaknya menjadi ceria kembali. 

=========

Sore hari menjelang maghrib sang ayah pulang dari kerjaan lalu menanyakan keadaan anaknya Nabila pada Mamanya.

Ayah: "Mi, anakku Nabila dimana? Kok tidak kelihatan biasanya nongkrong didepan TV sambil lihat idolanya."
Mama: "Tidak apa-apa  dan baik-baik saja yah.."
Ayah: "Oh ya tadi anakmu kepengen lihat artis pujaannya tapi aku tidak mengijinkan karena berhalangan dengan ujiannya. Aku secara tegas tidak mengijinkan."
Mama: "Iya, iya. Mami paham kok sama ayah."
Ayah: "Mami yakin keadaan dia baik-baik saja? Tadi di toko kelihatan marah banget sama ayah."

Kedua telapak sang Mama memegang kedua pipi sang ayah lalu menarik saling bertatap muka.

Mama: "Dia baik-baik saja sayang. Lagipula Nabila hari ini tersenyum dan tertawa kok." (dengan senyum)

Sang ayah jadi penasaran dengan memasang senyum terpaksa.

Ayah: "Ya sudahlah kalau Nabila baik-baik saja. Omong-omong masak apa hari ini mi, heee?"
Mama: "Ayah kayaknya mandi dulu dech. Baunya asin. Hiii (tertawa canda)"
Ayah: "Mami! (Lalu mencium keningnya)
Ayah: "Ya udah badan ayah lengket semua nih, mandi dulu ah. Mami ikut gak,hehehe"
Mama: "Ayah! Sore-sore begini tidak boleh nakal ya."


Bersambung ke bagian 2

Thanks for reading & sharing TAOO Revo

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts